World Hepatitis Day - 28 Juli 2025

 

 

Hari Hepatitis Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 28 Juli untuk meningkatkan kesadaran akan virus hepatitis, peradangan hati yang menyebabkan penyakit hati parah dan kanker hati.

Tema untuk tahun 2025: He

Mari Kita Hancurkan, menyerukan tindakan segera untuk menghilangkan hambatan finansial, sosial, dan sistemik, termasuk stigma, yang menghalangi eliminasi hepatitis dan pencegahan kanker hati.
Let’s Break It Down calls for urgent action to dismantle the financial, social and systemic barriers – including stigma – that stand in the way of hepatitis elimination and liver cancer prevention.

Hepatitis B dan C kronis diam-diam menyebabkan kerusakan hati dan kanker – meskipun sebenarnya dapat dicegah, diobati, dan, dalam kasus hepatitis C, dapat disembuhkan. Tema ini menekankan perlunya menyederhanakan, meningkatkan skala, dan mengintegrasikan layanan hepatitis – vaksinasi, praktik injeksi yang aman, pengurangan dampak buruk, dan terutama pengujian dan pengobatan – ke dalam sistem kesehatan nasional.

Kampanye ini mengingatkan kita bahwa kita harus bertindak sekarang untuk memperluas akses, mengintegrasikan perawatan, dan mengakhiri hepatitis sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030.

 


The campaign is a reminder that we must act now to expand access, integrate care, and end hepatitis as a public health threat by 2030.

Global Hepatitis Programme

Alat Medis yang digunakan untuk pemeriksaan Hepatitis

 

Fibroscan

Berikut adalah alat-alat medis yang digunakan untuk pemeriksaan hepatitis, baik untuk diagnosis awal maupun pemantauan lanjutan:

1. Rapid Test Kit Hepatitis (Hepatitis Rapid Diagnostic Test)

  • Jenis: Alat uji cepat berbasis antibodi/antigen.

  • Fungsi: Deteksi awal hepatitis B (HBsAg), hepatitis C (anti-HCV), dan kadang hepatitis A (anti-HAV IgM).

  • Contoh: Tes strip HBsAg.

  • Kelebihan:

    • Hasil cepat (10–20 menit).

    • Praktis dan tidak butuh alat besar.

    • Digunakan di puskesmas, posyandu, atau saat skrining massal.

2. Alat ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)

  • Jenis: Alat laboratorium imunologi.

  • Fungsi:

    • Deteksi antibodi atau antigen virus hepatitis (HBsAg, anti-HBs, anti-HBc, HBeAg, dll).

    • Lebih sensitif dan akurat daripada rapid test.

  • Digunakan di: Laboratorium RS, klinik besar.

  • Contoh alat: Bio-Rad, Mindray, Abbott Architect.

3. Alat PCR (Polymerase Chain Reaction) / NAT (Nucleic Acid Test)

  • Jenis: Alat biologi molekuler.

  • Fungsi:

    • Deteksi dan kuantifikasi viral load (jumlah DNA/RNA virus hepatitis B atau C).

    • Penting untuk menilai tingkat infeksi dan respon terapi.

  • Digunakan di: Lab rujukan/RS besar.

  • Contoh alat: Roche COBAS, Cepheid GeneXpert, Qiagen Rotor-Gene.

4. Alat Hematologi & Kimia Klinik

a. Analyzer Fungsi Hati (Liver Function Test / LFT)

  • Fungsi: Menilai kerusakan hati akibat hepatitis.

  • Parameter: SGPT (ALT), SGOT (AST), bilirubin, albumin, GGT.

  • Alat: Analyzer kimia klinik otomatis seperti Mindray BS-240, Hitachi 902.

b. Hematology Analyzer

  • Digunakan untuk memeriksa kondisi darah umum pasien hepatitis (misal trombosit, leukosit).

5. FibroScan (Transient Elastography)

  • Fungsi: Mengukur tingkat fibrosis atau kekakuan hati tanpa biopsi.

  • Indikasi: Menilai keparahan hepatitis kronis (HBV/HCV), apakah sudah menuju sirosis atau belum.

  • Non-invasif, cepat (10 menit), dan tidak menyakitkan.

6. Alat Penunjang Lain

  • USG Abdomen / Hati: Menilai struktur hati, mendeteksi sirosis atau karsinoma hepatoseluler.

  • Biopsi Hati (dengan guidance USG): Jika diperlukan, dilakukan dengan alat jarum biopsi + USG.

  • Immunoblot/Western Blot: Untuk konfirmasi kasus hepatitis C dengan hasil ELISA reaktif.

     

Tipe-tipe penyakit Hepatitis


Penjelasan KSO (Kerja Sama Operasional) Alat Medis, Keuntungan dan Kelemahannya

 

Alat KSO merujuk pada alat atau peralatan (seperti alat berat, mesin, atau kendaraan operasional) yang digunakan dalam kerja sama tersebut dan dimiliki secara bersama oleh para pihak yang tergabung dalam kerja sama operasional.

Klausul alat medis KSO merujuk pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian Kerja Sama Operasi (KSO) antara dua pihak (biasanya antara rumah sakit milik pemerintah/BUMN dan pihak swasta) yang berkaitan dengan pengadaan, penggunaan, pengelolaan, dan pembagian keuntungan dari alat medis dalam proyek kerja sama tersebut.

Tujuan Klausul Alat Medis dalam KSO

Klausul ini bertujuan untuk:

  • Menentukan hak dan kewajiban masing-masing pihak atas alat medis.

  • Menjamin kelangsungan pelayanan medis dengan standar mutu tertentu.

  • Menjaga kepastian hukum atas kepemilikan, operasional, dan pembagian hasil dari alat tersebut.

Isi Klausul Alat Medis KSO – Umumnya Mencakup:

1. Identitas dan Spesifikasi Alat

  • Jenis alat medis yang digunakan (misalnya CT-Scan, MRI, alat bedah, dll).

  • Spesifikasi teknis alat.

  • Nilai investasi awal dan sumber dana (misalnya dari pihak swasta).

2. Kepemilikan Alat

  • Alat biasanya dimiliki oleh mitra swasta, tetapi digunakan di fasilitas milik rumah sakit pemerintah.

  • Kepemilikan bisa beralih kepada kepemilikan pihak rumah sakit setelah masa kerja sama berakhir (dengan atau tanpa kompensasi), tergantung kesepakatan.

3. Operasional dan Pemeliharaan

  • Penanggung jawab pengoperasian dan perawatan alat dari vendor penyedia

  • Standar pelayanan dan operator (dokter, teknisi, dll) – bisa dari RS, mitra, atau gabungan.

  • Penjadwalan penggunaan alat dan integrasi dengan sistem rumah sakit.

4. Pembagian Pendapatan

  • Pembagian hasil pendapatan dari layanan medis menggunakan alat tersebut, berdasarkan target pasien bulanan ataupun tahunan.

    • Contoh: 60% untuk pihak swasta, 40% untuk rumah sakit.

  • Skema pembayaran bisa berbasis volume (fee per use), pendapatan bersih, atau pendapatan kotor. 

5. Masa Kerja Sama

  • Durasi KSO (misalnya 5, 7, atau 10 tahun).

  • Opsi perpanjangan, renegosiasi, atau terminasi kerja sama.

6. Pengakhiran dan Serah Terima Alat

  • Mekanisme serah terima alat kepada rumah sakit (jika disepakati).

  • Ketentuan mengenai depresiasi dan kondisi alat saat pengalihan.

  • Perlakuan jika alat tidak layak pakai saat akhir masa kerja sama.

7. Risiko dan Tanggung Jawab Hukum

  • Tanggung jawab atas kerusakan atau malfungsi alat.

  • Asuransi atas alat.

  • Penyelesaian sengketa jika terjadi perselisihan.

Contoh Praktik

Sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah bekerja sama dengan mitra swasta untuk pengadaan MRI melalui skema KSO. Pihak swasta menyediakan alat dan teknisi, sementara rumah sakit menyediakan lokasi dan pasien. Dalam klausul KSO disebutkan bahwa pendapatan dari layanan MRI dibagi 70:30 untuk pihak swasta dan rumah sakit, dan alat akan menjadi milik rumah sakit setelah 7 tahun tanpa biaya tambahan.

Catatan Penting:

  • Klausul alat medis KSO harus mengikuti regulasi seperti Peraturan Menteri Kesehatan dan Peraturan BUMN (jika berlaku).

  • Transparansi dan akuntabilitas sangat penting karena kerja sama ini menyangkut pelayanan publik dan anggaran negara/daerah.

Keuntungan KSO Alat Medis

1. Akses Cepat ke Teknologi Canggih

  • Rumah sakit bisa menggunakan alat medis modern (seperti MRI, CT-Scan, Cath Lab, Hemodialisa Cuci Darah) tanpa harus membeli langsung.

  • Menjawab keterbatasan anggaran rumah sakit dalam pengadaan alat dengan harga miliaran rupiah.

2. Minim Risiko Investasi Awal

  • Biaya pembelian alat dan instalasi ditanggung oleh mitra swasta.

  • RS tidak terbebani investasi awal yang besar.

3. Pembagian Risiko

  • Risiko operasional, pemeliharaan, dan beban finansial dibagi antara RS dan mitra.

  • Risiko kerusakan atau kerugian akibat under-utilization (pemanfaatan rendah) tidak sepenuhnya ditanggung RS.

4. Peningkatan Pelayanan Medis

  • Kehadiran alat modern mendukung layanan diagnostik dan terapi yang lebih cepat dan akurat.

  • Meningkatkan daya saing dan citra rumah sakit di mata masyarakat dan pasien.

5. Sumber Pendapatan Baru untuk RS

  • RS mendapat bagian dari pendapatan hasil penggunaan alat medis (berbasis sharing profit).

  • Menambah pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau rumah sakit BUMN secara legal.

6. Efisiensi Operasional

  • Dalam beberapa KSO, mitra swasta juga menyuplai teknisi, engineer, bahkan tenaga admin – mengurangi beban SDM RS.

  • Perawatan alat juga menjadi tanggung jawab pihak swasta, memastikan alat selalu dalam kondisi optimal.

7. Skema Fleksibel

  • Kontrak KSO bisa disesuaikan (misalnya opsi serah terima alat di akhir masa KSO).

  • Durasi dan skema pembagian pendapatan bisa dinegosiasikan sesuai kebutuhan RS.

8. Transfer Pengetahuan (Jika Diatur)

  • Ada peluang pelatihan dan transfer keterampilan teknis dari pihak swasta ke SDM rumah sakit.

  • Dalam jangka panjang, RS bisa mandiri mengelola layanan tersebut setelah KSO berakhir.

Contoh Praktik KSO:

Sebuah RSUD bekerja sama dengan mitra swasta melalui KSO alat CT-Scan 128 slice. Dalam 5 tahun:

  • RS mendapatkan 40% dari pendapatan layanan.

  • Tidak mengeluarkan dana investasi alat.

  • Mendapat layanan perawatan alat dan pelatihan teknisi gratis dari mitra.

Catatan Penting:

Meskipun banyak keuntungannya, keberhasilan KSO alat medis sangat tergantung pada isi kontrak, transparansi, dan pengawasan. Tanpa itu, potensi keuntungan bisa berubah jadi kerugian atau konflik

 

Kelemahan Sistem KSO

1. Tidak Ada Badan Hukum Baru

  • KSO bersifat kontraktual, bukan badan hukum tersendiri.

  • Akibatnya, pertanggungjawaban hukum, audit, dan tata kelola bisa kurang jelas atau tumpang tindih.

2. Risiko Konflik Kepentingan

  • Jika peran dan kontribusi masing-masing pihak tidak seimbang (misalnya swasta lebih dominan), bisa timbul ketimpangan pengambilan keputusan dan pembagian hasil.

  • Potensi konflik antara pelayanan publik vs orientasi profit pihak swasta.

3. Pengawasan Lemah

  • KSO yang melibatkan aset negara/rawat inap publik sering kali kurang diawasi secara ketat, sehingga rawan:

    • Mark-up pendapatan.

    • Penyalahgunaan aset rumah sakit.

    • Pelaporan yang tidak transparan.

4. Kepemilikan Aset yang Kabur

  • Aset seperti alat medis yang digunakan bersama bisa menimbulkan ambigu dalam kepemilikan dan tanggung jawab hukum jika tidak dicatat dengan baik.

  • Menyulitkan proses audit BPK atau penyusunan neraca RS/BUMN.

5. Kesulitan Pengakhiran KSO

  • Jika KSO ingin diakhiri sebelum waktunya (karena kinerja buruk, wanprestasi, dll), sering kali tidak mudah:

    • Bisa berujung sengketa hukum.

    • Sulit transisi pengelolaan alat/infrastruktur ke RS.

    • Adanya kompensasi besar yang dibebankan ke pihak RS.

6. Risiko Ketergantungan Vendor Swasta Penyedia

  • Dalam KSO alat medis, RS bisa menjadi terlalu bergantung pada vendor tertentu:

    • Alat hanya bisa dioperasikan oleh teknisi/vendor tertentu.

    • Integrasi sistem kadang tidak cocok dengan sistem informasi RS.

    • Keterlambatan service perbaikan/pemeliharaan yang mengakibatkan downtime pelayanan

    • Keterlambatan penyediaan BHP dan sparepart dari penyedia vendor

7. Kurangnya Transfer Pengetahuan

  • Pihak swasta cenderung tidak berbagi pengetahuan operasional, sehingga saat KSO berakhir, RS kesulitan melanjutkan pengelolaan alat/layanan sendiri.

Contoh Kasus Nyata:

Beberapa rumah sakit BUMN pernah mengalami masalah:

  • Pembagian hasil KSO yang tidak sebanding dengan kontribusi RS.

  • Aset rumah sakit digunakan oleh swasta untuk mendapat untung besar, tapi RS tidak mendapatkan laporan atau kendali.

  • Perjanjian KSO dibuat jangka panjang (misalnya 10–15 tahun) dan sulit diubah meskipun situasi berubah


Blepharoplasty Operasi Mata

 

Blepharoplasty (bukan Bhleparoplasty) adalah prosedur bedah plastik pada kelopak mata yang bertujuan untuk memperbaiki tampilan atau fungsi kelopak mata atas, bawah, atau keduanya, untuk mengangkat kelebihan kulit, lemak, dan/atau otot pada kelopak mata, baik bagian atas maupun bawah, yang dapat dilakukan untuk alasan estetika maupun medis.

Tujuan Blepharoplasty:

  1. Estetika (kosmetik):

    • Mengurangi tampilan mata yang tampak lelah, tua, atau bengkak.

    • Meningkatkan kontur dan bentuk mata agar terlihat lebih segar dan muda.

  2. Fungsional (medis):

    • Mengatasi gangguan penglihatan akibat kulit kelopak mata atas yang menggantung terlalu rendah (ptosis).

    • Menghilangkan kantung mata yang mengganggu.

 Jenis-jenis Blepharoplasty:

  1. Blepharoplasty Kelopak Mata Atas

    • Mengangkat kelebihan kulit dan lemak pada kelopak atas.

    • Umum dilakukan karena penuaan atau gangguan penglihatan.

  2. Blepharoplasty Kelopak Mata Bawah

    • Menghilangkan kantung mata atau kerutan pada bagian bawah mata.

    • Bisa dilakukan melalui sayatan luar atau dari dalam (transkonjungtival). 

Alat Medis yang Dibutuhkan dalam Operasi Blepharoplasty

1. Retraktor dan Penjepit

  • Desmarres retractor – untuk menarik kelopak mata dan memberi visualisasi lebih baik.

  • Chalazion clamp – menstabilkan dan menekan jaringan kelopak.

  • McPherson forceps – pinset presisi untuk memegang jaringan halus.

  • Fine-toothed forceps – untuk mengangkat atau memanipulasi kulit halus.

2. Alat Hemostasis (Penghentian Perdarahan)

  • Bipolar atau monopolar electrocautery – untuk mengontrol perdarahan mikro saat prosedur.

  • Hemostatic sponge atau gel foam – bahan untuk membantu menghentikan perdarahan kecil.

3. Alat Pengukur dan Penanda

  • Caliper atau ruler bedah – untuk mengukur dan menandai area insisi secara simetris.

  • Marker kulit steril – untuk menandai batas insisi pada kelopak mata sebelum operasi.

4. Peralatan Menjahit

  • Needle holder kecil – untuk memegang jarum jahit dengan presisi.

  • Benang bedah non-absorbable (misalnya nylon 6-0 atau 7-0) – digunakan untuk menjahit kulit kelopak yang sangat tipis.

  • Scissors mikro (iris scissors) – untuk memotong jaringan atau benang dengan presisi tinggi.

5. Pelindung Bola Mata

  • Corneal shield atau protector – digunakan untuk melindungi bola mata selama prosedur, terutama jika dilakukan blepharoplasty bawah.

6. Alat dan Bahan Pendukung

  • Saline steril – untuk irigasi dan pembersihan luka.

  • Eye ointment (antibiotik) – untuk mencegah infeksi pasca operasi.

  • Draping dan dressing steril – untuk menjaga area operasi tetap steril.

Catatan Tambahan:

  • CO₂ laser biasanya digunakan untuk membuat insisi dengan lebih sedikit perdarahan dan trauma jaringan.

  • Dalam prosedur blepharoplasty modern, beberapa dokter juga menggunakan radiofrekuensi atau plasma pen sebagai alternatif CO₂ laser

Prosedur Operasi Blepharoplasty

1. Persiapan Pra-Operatif

  • Konsultasi medis: Evaluasi riwayat kesehatan, keluhan estetika/visual, serta ekspektasi pasien.

  • Pemeriksaan fisik mata: Posisi kelopak, tonus otot orbikularis, dan pengukuran kulit berlebih.

  • Foto pre-operatif: Untuk dokumentasi dan perbandingan hasil.

  • Tandai area insisi: Menggunakan spidol bedah dan kaliper untuk menjamin simetri.

  • Anestesi lokal: Diberikan di sekitar kelopak mata. Kadang dikombinasikan dengan sedasi ringan.

2. Insisi (Sayatan)

a. Blepharoplasty Kelopak Atas:

  • Sayatan dibuat di lipatan alami kelopak atas (supraorbital fold).

  • Kulit, jaringan subkutan, dan kadang sebagian otot orbikularis diangkat.

  • Lemak orbital yang menonjol juga bisa diangkat atau direposisi.

b. Blepharoplasty Kelopak Bawah:

  • Dua pendekatan umum:

    • Transkutan (melalui kulit luar bawah mata): Sayatan tepat di bawah garis bulu mata.

    • Transkonjungtival (melalui bagian dalam kelopak bawah): Cocok untuk menghilangkan lemak tanpa memotong kulit.

  • Lemak yang menonjol diangkat atau dipindahkan, dan kelebihan kulit dapat dipotong jika perlu.

3. Penutupan Luka

  • Luka dijahit dengan benang halus non-absorbable (seperti nylon 6-0 atau 7-0).

  • Sayatan dirancang agar bekas luka tersembunyi di lipatan alami mata.

  • Jika transkonjungtival, biasanya tidak perlu jahitan eksternal.

4. Perawatan Pasca-Operasi

  • Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan memar.

  • Salep antibiotik atau tetes mata untuk mencegah infeksi.

  • Obat nyeri ringan jika diperlukan.

  • Jahitan biasanya dilepas dalam 5–7 hari.

  • Pasien dianjurkan tidak mengucek mata, tidak olahraga berat, dan menghindari paparan matahari langsung selama masa pemulihan awal.

Durasi Operasi

  • Sekitar 30–60 menit per sisi.

  • Bisa dilakukan rawat jalan (tanpa rawat inap) kecuali ada komplikasi atau tindakan tambahan.

Risiko dan Komplikasi

  • Memar dan bengkak (umum, bersifat sementara)

  • Infeksi

  • Asimetri kelopak

  • Mata kering

  • Gangguan penutupan kelopak (lagophthalmos) bila terlalu banyak kulit diangkat

Alasan penyebab utama dan kelemahan, Kebijakan mengutamakan pengadaan alat baru daripada memperbaiki alat kesehatan yang rusak

 

Ada beberapa alasan mengapa manajemen rumah sakit seringkali lebih menyukai membeli alat medis baru daripada memperbaiki alat yang sudah ada. Berikut adalah penyebab utamanya:

1. Keandalan dan Risiko Klinis

  • Alat baru cenderung lebih andal dan minim risiko kegagalan, yang penting untuk keselamatan pasien.

  • Peralatan medis yang rusak atau sering bermasalah dapat mengganggu pelayanan dan membahayakan pasien.

2. Teknologi Usang

  • Peralatan lama mungkin sudah ketinggalan zaman dan tidak kompatibel dengan sistem baru.

  • Alat baru sering memiliki fitur lebih canggih yang mendukung diagnosis atau terapi yang lebih akurat dan efisien.

3. Biaya Perawatan Jangka Panjang

  • Meskipun membeli alat baru tampak lebih mahal di awal, alat lama sering membutuhkan biaya perawatan tinggi dalam jangka panjang.

  • Suku cadang sulit ditemukan, atau bahkan sudah tidak diproduksi lagi.

4. Pertimbangan Anggaran dan Hibah

  • Banyak rumah sakit menerima anggaran pengadaan atau hibah yang khusus dialokasikan untuk pembelian alat, bukan untuk perbaikan.

  • Proses administrasi untuk pengadaan baru kadang lebih mudah atau lebih cepat disetujui dibandingkan permintaan perbaikan.

5. Citra dan Reputasi Rumah Sakit

  • Alat baru bisa menjadi bahan promosi bahwa rumah sakit memiliki fasilitas modern dan mutakhir.

  • Membeli alat baru seringkali dianggap sebagai bentuk peningkatan layanan dan daya saing di mata publik.

6. Kendala SDM dan Dukungan Teknis

  • Tidak semua rumah sakit memiliki teknisi yang cukup terlatih untuk melakukan perbaikan alat dengan standar yang aman.

  • Jika alat harus diperbaiki oleh pihak luar, prosesnya bisa memakan waktu lama dan mengganggu operasional.

     

Kebijakan yang lebih mengutamakan pengadaan alat baru daripada memperbaiki alat kesehatan yang rusak memang tampak menarik di permukaan karena dianggap lebih praktis dan modern. Namun, kebijakan ini memiliki sejumlah kelemahan serius, terutama dalam konteks efisiensi, keberlanjutan, dan pelayanan. Berikut adalah kelemahan-kelemahannya:

Lingkungan

  • Mengganti alat lama dengan yang baru secara terus-menerus menghasilkan limbah elektronik medis (e-waste) yang sulit dikelola.

  • Peralatan medis umumnya mengandung komponen berbahaya yang memerlukan pengelolaan khusus.

6. Terganggunya Layanan Kesehatan

  • Saat menunggu alat baru datang, layanan klinis bisa terganggu karena alat rusak tidak diperbaiki segera.

  • Hal ini berisiko mengganggu diagnosis, terapi, atau tindakan darurat.

7. Ketergantungan pada Vendor

  • Pembelian alat baru membuat rumah sakit tergantung pada penyedia alat dari luar, yang bisa memonopoli harga dan layanan.

  • Jika vendor tidak menyediakan layanan purna jual atau teknisi lokal, alat bisa sulit dipelihara.

8. Tidak Meningkatkan Kapasitas Internal

  • Fokus pada pengadaan alat baru mengabaikan potensi pengembangan kemampuan teknisi internal dalam perawatan dan perbaikan.

  • Rumah sakit jadi kehilangan kemandirian teknis.

Kesimpulan

Kebijakan ini tampak modern, tetapi tidak selalu efisien atau berkelanjutan. Dalam jangka panjang, kebijakan yang mengabaikan perbaikan dapat merugikan secara finansial, operasional, dan lingkungan. Solusi ideal adalah kombinasi seimbang antara perbaikan, pemeliharaan, dan pengadaan, dengan pendekatan manajemen aset yang bijak.

 

Artikel Rekomendasi

Bagaimana untuk Mengelola "How To Manage" Series untuk Teknologi Kesehatan

WHO Teknologi kesehatan dan manajemen teknologi kesehatan telah menjadi isu kebijakan yang semakin terlihat. Sementara kebutuh...

Popular Post

Recomended

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner