Home » , , » Alasan penyebab utama dan kelemahan, Kebijakan mengutamakan pengadaan alat baru daripada memperbaiki alat kesehatan yang rusak

Alasan penyebab utama dan kelemahan, Kebijakan mengutamakan pengadaan alat baru daripada memperbaiki alat kesehatan yang rusak

 

Ada beberapa alasan mengapa manajemen rumah sakit seringkali lebih menyukai membeli alat medis baru daripada memperbaiki alat yang sudah ada. Berikut adalah penyebab utamanya:

1. Keandalan dan Risiko Klinis

  • Alat baru cenderung lebih andal dan minim risiko kegagalan, yang penting untuk keselamatan pasien.

  • Peralatan medis yang rusak atau sering bermasalah dapat mengganggu pelayanan dan membahayakan pasien.

2. Teknologi Usang

  • Peralatan lama mungkin sudah ketinggalan zaman dan tidak kompatibel dengan sistem baru.

  • Alat baru sering memiliki fitur lebih canggih yang mendukung diagnosis atau terapi yang lebih akurat dan efisien.

3. Biaya Perawatan Jangka Panjang

  • Meskipun membeli alat baru tampak lebih mahal di awal, alat lama sering membutuhkan biaya perawatan tinggi dalam jangka panjang.

  • Suku cadang sulit ditemukan, atau bahkan sudah tidak diproduksi lagi.

4. Pertimbangan Anggaran dan Hibah

  • Banyak rumah sakit menerima anggaran pengadaan atau hibah yang khusus dialokasikan untuk pembelian alat, bukan untuk perbaikan.

  • Proses administrasi untuk pengadaan baru kadang lebih mudah atau lebih cepat disetujui dibandingkan permintaan perbaikan.

5. Citra dan Reputasi Rumah Sakit

  • Alat baru bisa menjadi bahan promosi bahwa rumah sakit memiliki fasilitas modern dan mutakhir.

  • Membeli alat baru seringkali dianggap sebagai bentuk peningkatan layanan dan daya saing di mata publik.

6. Kendala SDM dan Dukungan Teknis

  • Tidak semua rumah sakit memiliki teknisi yang cukup terlatih untuk melakukan perbaikan alat dengan standar yang aman.

  • Jika alat harus diperbaiki oleh pihak luar, prosesnya bisa memakan waktu lama dan mengganggu operasional.

     

Kebijakan yang lebih mengutamakan pengadaan alat baru daripada memperbaiki alat kesehatan yang rusak memang tampak menarik di permukaan karena dianggap lebih praktis dan modern. Namun, kebijakan ini memiliki sejumlah kelemahan serius, terutama dalam konteks efisiensi, keberlanjutan, dan pelayanan. Berikut adalah kelemahan-kelemahannya:

Lingkungan

  • Mengganti alat lama dengan yang baru secara terus-menerus menghasilkan limbah elektronik medis (e-waste) yang sulit dikelola.

  • Peralatan medis umumnya mengandung komponen berbahaya yang memerlukan pengelolaan khusus.

6. Terganggunya Layanan Kesehatan

  • Saat menunggu alat baru datang, layanan klinis bisa terganggu karena alat rusak tidak diperbaiki segera.

  • Hal ini berisiko mengganggu diagnosis, terapi, atau tindakan darurat.

7. Ketergantungan pada Vendor

  • Pembelian alat baru membuat rumah sakit tergantung pada penyedia alat dari luar, yang bisa memonopoli harga dan layanan.

  • Jika vendor tidak menyediakan layanan purna jual atau teknisi lokal, alat bisa sulit dipelihara.

8. Tidak Meningkatkan Kapasitas Internal

  • Fokus pada pengadaan alat baru mengabaikan potensi pengembangan kemampuan teknisi internal dalam perawatan dan perbaikan.

  • Rumah sakit jadi kehilangan kemandirian teknis.

Kesimpulan

Kebijakan ini tampak modern, tetapi tidak selalu efisien atau berkelanjutan. Dalam jangka panjang, kebijakan yang mengabaikan perbaikan dapat merugikan secara finansial, operasional, dan lingkungan. Solusi ideal adalah kombinasi seimbang antara perbaikan, pemeliharaan, dan pengadaan, dengan pendekatan manajemen aset yang bijak.

 

0 komentar :

Artikel Rekomendasi

Bagaimana untuk Mengelola "How To Manage" Series untuk Teknologi Kesehatan

WHO Teknologi kesehatan dan manajemen teknologi kesehatan telah menjadi isu kebijakan yang semakin terlihat. Sementara kebutuh...

Popular Post

Recomended

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner