Home » , , , » Operasi Orthopedi Menggunakan Bor Bangunan Rumah Tangga dan Lampu Penerangan Handphone

Operasi Orthopedi Menggunakan Bor Bangunan Rumah Tangga dan Lampu Penerangan Handphone







Admin mendapatkan gambar foto tersebut dari medsos yang menyampaikan adanya Operasi Orthopedi pemasangan pen pada tulang menggunakan Bor Bangunan dan penerangan menggunakan lampu handphone. Fyuhhh... kalau yang tidak percaya, ini bukan foto photosop dan asli operasi tersebut sudah pernah dilakukan. Belum bisa dikonfirmasi dimana dan tepatnya kapan operasi tersebut dilakukan, tetapi dari sisi elektromedik dan kode etik kedokteran hal tersebut bisa dilakukan asalkan kebutuhan pelayanan operasi cito dengan urgensitas untuk menolong nyawa pasien, bisa salah satu penyebabnya karena pendarahan yang terus menerus yang bisa berakibat kematian pasien. Tetapi dari kacamata elektromedik, bor bangunan rumah tangga bukanlah alat kesehatan elektromedik dan tidak mempunyai spesifikasi medis.

Keterbatasan peralatan medis di beberapa rumah sakit masih terlihat di fasilitas Rumah Sakit Pemerintah, dimana spesifikasi Bor Orthopedi Medical mencapai kisaran harga Milliaran Rupiah. Yang memang kisaran harga bor orthopedi spesifikasi medis mencapai minimal $ 30.000. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti Uganda dan beberapa Rumah Sakit di Afrika karena keterbatasan anggaran beberapa dokter menggunakkan bor bangunan untuk pelayanan di ruang operasi, tetapi hal tersebut atas sepengetahuan dokter, keluarga pasien dan otoritas rumah sakit.

Bor dengan spesifikasi medis digunakan di berbagai bidang operasi bedah termasuk orthopedi, digunakan juga di bedah mulut, bedah syaraf, bedah plastik dan rekonstruksi, craniomaxillofacial craniotomy dan telinga hidung dan tenggorokan (THT). Spesifikasi dan kegunaan bor pun berbeda-beda sesuai dengan operasi yang akan dilakukan.

Bor Orthopedi dengan harganya yang mahal memang mempunyai kelebihan dengan beberapa spesifikasi medis terutama safety pasien yang tidak terdapat di Bor Bangunan Rumah Tangga biasa, seperti sterilisasi yang benar pada mata bor dan main bor yang harus diperhatikan karena darah bersifat korosif dan menempel pada besi,  kecepatan maksimal Bor PCC yang bisa mencapai up to 70.000 rpm dimana bor bangunan biasa maksimal di pasaran hanya sampai 4000 rpm, laser guide poin yang akan mengarahkan dokter pada sudut pengeboran, soft tissue detector dimana ujung mata bor akan berhenti menembus apabila terdapat jaringan lunak di depannya, sistem irigasi bor yang baik dimana pengeboran yang terkait dengan konversi energi kerja mekanik menjadi energi panas menyebabkan kenaikan suhu sementara suhu tulang yang berdekatan dan jaringan lunak di atas tingkat fisiologis normal harus tetap terjaga dengan baik. Suhu yang berlebihan dan jangka waktu pada tingkat ini meningkat dapat mengakibatkan nekrosis (kematian) dari tulang, fenomena disebut osteonekrosis, atau kerugian potensial osteogenik.

Sementara menurut referensi tidak ada konsensus yang pasti mengenai pada nilai-nilai kritis atau durasi  peningkatan suhu tulang kortikal di atas 50C telah terlibat dengan kapasitas regeneratif berkurang (Eriksson dan Albrektsson 1984;. Eriksson, Albrektsson et al 1984b) dan di atas 56 ˚C dengan osteonekrosis (Matthews dan Hirsch 1972). Lundskog (Lundskog 1972) ditentukan nekrosis seluler terjadi setelah durasi 30-an di atas 50C sementara Eriksson dan Albrektsson (Eriksson dan Albrektsson 1983) menunjukkan bahwa ketinggian suhu di atas 47C yang berkelanjutan selama satu menit memiliki efek osteonecrotic ampuh.

Jika hal tersebut di atas memang terjadi Indonesia, seharusnya bisa menjadi cermin perubahan yang lebih baik untuk kualitas pelayanan kesehatan yang prima. Keterbatasan peralatan medis yang ada dengan pertimbangan nyawa pasien menjadi sulit di saat kebijakan dan birokrasi menjadi sulit. Saat jarak Rumah Sakit rujukan yang jauh, tidak adanya tenaga medis, selain itu tidak ada fasilitas yang memadai. Menjadi pilihan sulit bagi pasien dan dokter. Oleh karena itu diperlukannya evaluasi dan manajemen perencanaan dan pengelolaan peralatan medis secara benar. Safety pasien harus tetap menjadi nomor satu. Permasalahan tersebut bukan hanya untuk dimaklumkan tetapi untuk diperbaiki dan dievaluasi menjadi lebih baik ke depannya. Salah satunya pengadaan alat kesehatan yang sesuai kebutuhan dan spesfifikasinya.


Referensi :
http://www.nytimes.com/2016/08/02/health/cover-lets-household-drills-be-used-in-surgery.html?_r=0
http://qualitysafety.bmj.com/content/early/2015/05/20/bmjqs-2015-004377.full
http://www.medgadget.com/2014/09/drilling-to-the-problem-low-cost-sterile-drill-covers-for-surgery-interview-with-lawrence-buchan-cofounder-of-arbutus-medical.html
http://motherboard.vice.com/en_au/read/hardware-store-drill-surgical-tool-grand-challenges-canada-arbutus-medical
http://www.medgadget.com/2014/09/drilling-to-the-problem-low-cost-sterile-drill-covers-for-surgery-interview-with-lawrence-buchan-cofounder-of-arbutus-medical.html


0 komentar :

Artikel Rekomendasi

Bagaimana untuk Mengelola "How To Manage" Series untuk Teknologi Kesehatan

WHO Teknologi kesehatan dan manajemen teknologi kesehatan telah menjadi isu kebijakan yang semakin terlihat. Sementara kebutuh...

Popular Post

Recomended

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner