Home » , » Byarpet Rusak Cath Lab, RSUD Ulin Rugi Rp1,3 Miliar Sebulan

Byarpet Rusak Cath Lab, RSUD Ulin Rugi Rp1,3 Miliar Sebulan


VITAL: Alat pemasang kateter ring RSUD Ulin yang rusak. Di Kalsel hanya ada dua rumah sakit yang memiliki alat tersebut, selain di RSUD Ulin juga ada di RSUD Moh Ansari Saleh.

PROKAL.CO, BANJARMASIN – Korban biarpet akibat seringnya pemadaman listrik yang terjadi di      luar jadwal terus bertambah. Bahkan, rumah sakit rujukan RSUD Ulin Banjarmasin merasakan dampaknya. Akibatnya pun fatal, cath lab di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin sejak beberapa minggu ini rusak dan tak berfungsi.

Direktur RSUD Ulin dr Suciati mengatakan, kerusakan satu-satunya alat untuk memasang kateter ring di pembuluh jantung tersebut saat ini sudah dipesan sparepartnya. Sayangnya, sparepart tersebut hanya ada di luar negeri, tepatnya di negara Singapura.

Di Kalsel hanya ada dua rumah sakit yang memiliki alat tersebut, selain di RSUD Ulin juga ada di RSUD Moh Ansari Saleh. Yang jadi persoalan, di Ansari Saleh sendiri tak mempunyai dokter spesialis jantung. Alhasil, alat tersebut hanya dipakai untuk tindakan lain, seperti tindakan di pembuluh lain di kepala atau di kaki.

Ditanyakan harga sparepart tersebut, Suci mengatakan penawaran dari penjual mencapai Rp839 juta. Namun, penawaran yang disampaikan pada pihaknya untuk  perawatan sekaligus sparepart mencapai Rp715 juta. "Anggaran perbaikan melalui pos anggaran Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Ulin. Ini mendadak tak bisa lagi dengan anggaran dari APBD," tutur Suci.

Tak berfungsinya cath lab ini membuat pemasukan RSUD Ulin berkurang mencapai Rp1,3 miliar perbulan. Dibeberkan Suci, biaya pasang satu ring jantung nilainya mencapai Rp18 juta sampai Rp40 juta. "Satu bulan pasien yang pasang ring bisa mencapai 50 orang. Hitung saja kerugian yang hilang dari ini," ujarnya.

Terkait kerusakan alat kesehatan ini, Suci menilai akibat sering terjadinya biarpet listrik. Bahkan, beberapa alat kesehatan lainnya ikut terganggu. "Kami sudah mengirim surat ke PLN terkait seringnya listrik padam tak sesuai jadwal. Ini yang sedikit banyak mengganggu alat kesehatan," ujarnya.

General Manager PT PLN Persero Kalselteng, Purnomo tak menampik keluhan dari pihak RSUD Ulin terkait hal tersebut. Ia pun sudah menerima surat dari RSUD Ulin Banjarmasin. Dijelaskan Purnomo, PT PLN akan membuat dua alternatif jalur aliran listrik kepada RSUD Ulin. "Sehingga ketika aliran satu padam, aliran yang satunya masih bisa diandalkan," ujar Purnomo sembari mengatakan saat ini sedang dalam tahap persiapan.



Meski demikian, ia mengharapkan RSUD Ulin juga bisa menyiapkan genset ketika aliran listrik mengalami pemadaman. "Harusnya alat kesehatan yang sensitif mengandalkan penyimpan daya seperti UPS agar tak langsung mati dan berdampak pada alat tersebut. Harusnya alat tersebut didesain tak cepat rusak ketika terjadi biarpet," ujar Purnomo.

Di tempat terpisah, Dirut RSUD Moh Ansyari Saleh dr Izzak Zulkarnaen mengatakan pihaknya mempersilakan bila ada pasien dari RSUD Ulin yang ingin memakai cath lab pihaknya. Namun, ujarnya, untuk sementara ini pihaknya tak mempunyai SDM dokter spesialis jantung untung penanganan persoalan ini.

Bahkan menurut Izaak, cath lab di tempatnya tak hanya khusus untuk penanganan penyakit jantung, namun dapat digunakan pula untuk neurologi, radiologi, penyakit dalam, dan jantung sendiri. "Jangan disempitkan alat tersebut hanya untuk jantung saja. Cath lab bisa digunakan untuk pemeriksaan semua pembuluh darah," ujar Izzak.

Meskipun tak mengetahui secara teknis penggunaan alat tersebut, namun karena sama-sama rumah sakit milik pemerintah provinsi, ia siap bersinergi dengan RSUD Ulin dalam hal penanganan pasien jantung. "Yang pasti alat tersebut tak hanya untuk penindakan jantung saja," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, ketika ditanyakan kenapa pasien tak dirujuk ke RSUD Ansari Saleh, Suciati berkilah dokter yang dimiliki RSUD Ulin juga terbatas dan ada dua orang yang saat ini mengikuti pendidikan. Diterangkannya, dokter spesialis jantung di RSUD Ulin saat ini ada 3 orang. Karena RSUD Ulin Akreditas A Pendidikan, maka selain merawat pasien jantung melalui treadmil dan rekam jantung, para dokter juga memberikan pendidikan kepada mahasiswa.  "Tak mungkin ke RSUD Ansari Saleh, SDM kami juga terbatas," ucapnya.

Ia menjanjikan, bulan depan cath lab yang saat ini terongok tak berfungsi akan dapat dipakai kembali. Sebab, alat tersebut diperkirakan bulan April sudah tiba dan selesai diperbaiki. "Kami tetap berharap alat ini berfungsi kembali seperti sedia kala," harapnya.


Rusaknya alat cath lab ini sangat dirasakan dampaknya oleh pasien penyakit jantung dan keluarganya. Salah satunya Rohana, yang harus membawa Ayahnya yang mengidap penyakit jantung sejak 2 tahun silam ke Surabaya. Kerusakan cath lab ini terjadi sejak satu bulan yang lalu, sejak bertambah parahnya pemadaman listrik.

Alhasil, mesin dengan harga puluhan miliar tersebut praktis tak bisa dipakai. Padahal, alat ini sangat dibutuhkan untuk memasang ring di jantung yang mengalami penyempitan. "Terpaksa bawa orangtua ke Surabaya, soalnya di RSUD Ulin alatnya tak bisa berfungsi karena rusak," keluh Rohana, Senin (14/3) kemarin.

Rohana yang dua minggu lalu membawa Ayahnya berobat terpaksa mencari uang tambahan untuk ke Surabaya. Padahal menurutnya, ketika alat tersebut berfungsi, dana yang keluar untuk berobat sang Ayah sudah besar. Apalagi harus ke luar Kalsel melakukan pengobatan. "Mau bagaimana lagi, nyawa tak bisa ditunda," ucapnya lirih.

Untuk memasang kateter ring ke pembuluh jantung tersebut ia mengeluarkan uang hampir Rp19 juta. "Bayangkan ketika kami harus ke luar Kalsel, biaya semakin tinggi," tuturnya. Ia berharap pihak pemerintah provinsi atau RSUD Ulin sendiri segera memperbaiki agar masyarakat seperti dirinya tak kesulitan ketika berobat tanpa harus ke Pulau Jawa. "Bayangkan masyarakat kecil, ke mana mereka mengadu," ujarnya.

Radar Banjarmasin berkesempatan melihat langsung kondisi alat  yang dibeli pada tahun 2012 lalu. Salah seorang pegawai laboratorium menyebutkan, sparepart cath lab yang rusak sudah dipesan oleh rumah sakit. " Alat ini otaknya yang rusak, jadi tak bisa difungsikan," tuturnya.

Lebih jauh diterangkannya, ada sistem komputerisasi yang mengalami kerusakan di bagian luar alat. Sehingga untuk menghidupkan mesin tersebut tak bisa. Bahkan, jelasnya, kerusakan pernah juga terjadi beberapa tahun yang lalu. Namun hanya di salah satu alat, bukan pada bagian penting seperti kerusakan saat ini. "Dulu pernah bermasalah juga, namun tak separah sekarang," ungkapnya.

Dibeberkannya, cath lab ini sebenarnya tak hanya berfungsi untuk memasang kateter di jantung. Namun, berfungsi pula untuk tindakan pemasangan kateter di pembuluh kepala. "Saya tak berwenang menangani permasalahan ini. Yang saya dengar sparepartnya sudah dipesan," ujarnya sembari mengungkapkan sparepart hanya dijual di Singapura.

Rusaknya alat cath lab ini sangat dirasakan dampaknya oleh pasien penyakit jantung dan keluarganya.
Salah satunya Rohana, yang harus membawa Ayahnya yang mengidap penyakit jantung sejak 2 tahun silam ke Surabaya. Kerusakan cath lab ini terjadi sejak satu bulan yang lalu, sejak bertambah parahnya pemadaman listrik.

Alhasil, mesin dengan harga puluhan miliar tersebut praktis tak bisa dipakai. Padahal alat ini sangat dibutuhkan untuk memasang ring di jantung yang mengalami penyempitan. "Terpaksa bawa orangtua ke Surabaya, di RSUD Ulin alatnya tak bisa berfungsi karena rusak," keluh Rohana Senin (14/3) kemarin.

Ia yang dua minggu lalu membawa ayahnya berobat terpaksa mencari uang lebih untuk ke Surabaya. Padahal menurutnya, ketika alat tersebut berfungsi, dana yang keluar untuk berobat sang ayah sudah besar. Apalagi harus ke luar Kalsel melakukan pengobatan. "Mau bagaimana lagi, nyawa tak bisa ditunda," ucapnya lirih.

Dibeberkannya, ia mengeluarkan dana ketika memasang kateter ring ke pembuluh jantung tersebut menelan dana hampir Rp19 juta. "Bayangkan ketika kami harus ke luar Kalsel, biaya semakin tinggi," tuturnya.

Ia berharap, pihak pemerintah provinsi atau RSUD Ulin sendiri untuk segera memperbaiki alat ini agar masyarakat seperti dirinya tak kesulitan ketika berobat yang harus ke Pulau Jawa. "Untung kami masih berada, bayangkan masyarakat kecil. Kemana mereka mengadu," imbuhnya.

Ketika Radar Banjarmasin berkesempatan melihat cath lab tersebut di RSUD Ulin kemarin, alat yang sejak tahun 2012 lalu ada, terongok tak terpakai. Salah seorang pegawai laboratorium menyebutkan, cath lab sedang mengalami kerusakan, dan saat ini sparepartnya sudah dipesan oleh rumah sakit. "Kalau komputer prosesornya. Alat ini, otaknya yang rusak, jadi tak bisa difungsikan," tutur pria yang tak ingin diungkap identitasnya itu.

Lebih jauh diterangkannya, ada sistem komputerisasi yang mengalami kerusakan dibagian luar alat. Sehingga untuk menghidupkan mesin tersebut tak bisa. Bahkan terangnya kerusakan pernah juga terjadi beberapa tahun yang lalu. Namun hanya disalah satu alat, tak dibagian penting saat ini. "Dulu pernah bermasalah juga. Namun, tak sepatal sekarang," ungkapnya.

Dibeberkannya, cath lab ini sebenarnya tak hanya berfungsi untuk memasang kateter di jantung. Namun, berfungsi pula untuk tindakan pemasangan kateter di pembuluh kepala. "Saya tak berwenang menangani permasalahan ini. Yang saya dengar, spare partnya sudah dipesan," ujarnya sembari mengungkapkan sparepart hanya dijual di Singapura.

Menurut informasi, sparepart yang mengalami kerusakan tersebut, harganya mencapai Rp1 miliar. Itu artinya, jika rumah sakit tak ada dana sebesar itu, praktis alat yang satu-satunya dimiliki RSUD Ulin untuk tindakan medis Jantung tersebut, akan semakin lama tak berfungsi. (mof/ran/ema)

0 komentar :

Artikel Rekomendasi

Bagaimana untuk Mengelola "How To Manage" Series untuk Teknologi Kesehatan

WHO Teknologi kesehatan dan manajemen teknologi kesehatan telah menjadi isu kebijakan yang semakin terlihat. Sementara kebutuh...

Popular Post

Recomended

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner