Home » , » Kompleksitas dan Strategi Pembagian Tugas Kerja Elektromedis, Optimasi Profesi Elektromedis

Kompleksitas dan Strategi Pembagian Tugas Kerja Elektromedis, Optimasi Profesi Elektromedis

 


Kompleksitas pekerjaan Elektromedis (atau Teknisi Elektromedis / Clinical Engineering) tergolong tinggi karena melibatkan berbagai aspek teknis, klinis, dan administratif. Berikut ini uraian kompleksitas pekerjaannya dari beberapa sudut pandang:

  •  Teknisi harus memahami dan mampu menangani berbagai jenis alat kesehatan, mulai dari alat sederhana (termometer digital) hingga alat canggih (MRI, ventilator, defibrilator).

  • Multidisiplin: Pekerjaan membutuhkan pemahaman tentang elektronika, mekanika, informatika, dan prinsip-prinsip medis.

  • Troubleshooting: Harus mampu mendiagnosis dan memperbaiki kerusakan alat secara cepat dan akurat karena menyangkut keselamatan pasien.

2. Kompleksitas Klinis

  • Keselamatan Pasien: Alat yang rusak atau tidak terkalibrasi bisa membahayakan pasien. Teknisi harus memastikan semua alat bekerja optimal dan aman.

  • Kerja Sama Lintas Profesi: Harus mampu bekerja sama dengan tenaga medis (dokter, perawat) untuk menjelaskan cara penggunaan alat atau dengan bagian teknis lainnya misal tenaga non medis (bag listrik, gas medis, gedung bangunan) untuk menangani masalah teknis di tengah prosedur klinis.

3. Kompleksitas Regulasi dan Administrasi

  • Standar & Regulasi: Harus mengikuti standar nasional (Kemenkes, AKL, SNI) dan/atau internasional (ISO, IEC).

  • Dokumentasi: Harus membuat laporan pemeliharaan, inspeksi, dan kalibrasi secara rutin untuk keperluan audit dan akreditasi rumah sakit.

  • Manajemen Aset: Terlibat dalam pengadaan, distribusi, dan daur ulang alat kesehatan.

4. Kompleksitas Organisasi

  • Tanggung Jawab Multi-unit: Dalam rumah sakit besar, teknisi bisa menangani alat di beberapa unit kerja (ICU, OK, Radiologi, dll).

  • Keterbatasan SDM: Sering kali jumlah teknisi tidak sebanding dengan jumlah alat, sehingga harus bisa mengatur prioritas dan efisiensi kerja.

5. Perkembangan Teknologi

  • Update Berkala: Harus terus belajar karena teknologi alat kesehatan berkembang cepat.

  • Integrasi Sistem: Peralatan sekarang banyak yang terhubung dengan sistem digital (IoT, PACS, HIS), sehingga butuh pemahaman tentang IT medis.

Kesimpulan:

Pekerjaan Elektromedis bukan hanya sekadar teknisi peralatan, tetapi juga bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan yang kompleks. Kombinasi tanggung jawab teknis, klinis, dan administratif menjadikan profesi ini menuntut kompetensi tinggi, ketelitian, serta pembelajaran berkelanjutan

 

Berikut adalah strategi sistematis untuk mapping dan pembagian tugas kerja Elektromedis di rumah sakit atau institusi layanan kesehatan. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, kejelasan tanggung jawab, dan mutu pelayanan teknis alat kesehatan.

1. Mapping Pekerjaan Elektromedis

a. Identifikasi Semua Peralatan Medis

  • Buat inventaris lengkap alat kesehatan di seluruh unit (ICU, IGD, OK, Radiologi, Lab, dll).

  • Klasifikasikan alat berdasarkan:

    • Jenis dan fungsi (diagnostik, terapi, monitoring, support).

    • Risiko (tinggi, sedang, rendah).

    • Kebutuhan pemeliharaan (harian, bulanan, tahunan).

b. Pemetaan Lokasi dan Distribusi Alat

  • Buat denah lokasi alat per unit kerja. Perhatikan luasan area kerja dan rasio jumlah alat.

  • Tandai alat-alat kritis yang butuh pengawasan khusus.

  • Gunakan software manajemen aset bila tersedia.

c. Analisis Beban Kerja

  • Hitung jumlah alat per teknisi.

  • Lihat kompleksitas alat di tiap unit (MRI vs Infus Pump → beda tingkat penanganan).

  • Pertimbangkan jam kerja, shift, dan beban tanggap darurat.

2. Pembagian Tugas Elektromedis

a. Pembagian Berdasarkan Zona atau Unit

  • Contoh:

    • Teknisi A: IGD, ICU, NICU

    • Teknisi B: Radiologi & OK

    • Teknisi C: Rawat Inap & Poli

  • Keuntungan: teknisi menjadi akrab dengan alat dan kebutuhan spesifik unit tersebut.

b. Pembagian Berdasarkan Jenis Alat / Keahlian

  • Contoh:

    • Teknisi A: Mesin Anestesi, Ventilator

    • Teknisi B: CT-Scan, MRI

    • Teknisi C: Infus pump, monitor pasien

  • Cocok untuk teknisi yang memiliki sertifikasi khusus atau pengalaman tertentu.

c. Pembagian Berdasarkan Fungsi Pekerjaan

  • Contoh:

    • Teknisi A: Preventive maintenance (pemeliharaan ) & kalibrasi

    • Teknisi B: Inpection Maintenance & perbaikan

    • Teknisi C: Administrasi, inventaris, dokumentasi

  • Dengan spesifikasi kompetensi dan spesialisasi keahlian, akan linear dengan pelatihan workshop keahlian yang diusulkan meningkatkan kualitas SDM

     

3. Penunjang Strategi

a. SOP dan Jadwal Rutin

  • Buat SOP teknis dan non-teknis untuk semua jenis pekerjaan.

  • Buat kalender kerja pemeliharaan preventif dan kalibrasi.

b. Penggunaan Teknologi

  • Gunakan CMMS (Computerized Maintenance Management System) untuk pencatatan dan pengingat jadwal.

  • Gunakan barcode/QR code untuk pelacakan alat secara digital.

c. Koordinasi & Evaluasi

  • Lakukan rapat mingguan antar teknisi untuk pembaruan tugas, laporan kendala, dan rotasi kerja bila perlu.

  • Evaluasi bulanan terhadap kinerja per teknisi dan kondisi alat.

 

4. Peningkatan mutu SDM

  • Usulkan pelatihan dan workshop Elektromedis secara berkala untuk mengasah kompetensi dan spesialisasi keahlian sesuai dengan alat medis yang diampu

  • Kuliahkan tenaga non Medis untuk bisa kuliah Elektromedis, daripada mencari tenaga baru Elektromedis jika susah didapat

Kesimpulan

Mapping dan pembagian tugas yang jelas:

  • Meningkatkan efisiensi teknisi.

  • Mempercepat respon perbaikan.

  • Menjamin alat kesehatan tetap layak pakai dan aman.

  • Mendukung akreditasi rumah sakit.

0 komentar :

Artikel Rekomendasi

Bagaimana untuk Mengelola "How To Manage" Series untuk Teknologi Kesehatan

WHO Teknologi kesehatan dan manajemen teknologi kesehatan telah menjadi isu kebijakan yang semakin terlihat. Sementara kebutuh...

Popular Post

Recomended

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner