Home » , » Urgensi Berkembangnya Industri Instrumentasi Medik di Indonesia Menuju Kemandirian Industri Nasional

Urgensi Berkembangnya Industri Instrumentasi Medik di Indonesia Menuju Kemandirian Industri Nasional


BPPT melalui Koordinator Bidang Teknologi Kesehatan telah menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) untuk membedah permasalahan yang ada di industri instrumentasi medik nasional terutama dari sisi perkembangan teknologi, peluang dan tantangan pasar serta aspek kebijakan terkait pada 29 Juli 2011 lalu.


Latar belakangnya adalah dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi industri termasuk produk-produk peralatan medis. Untuk melayani kesehatan terhadap dua ratusan juta jiwa tersebut, pemerintah telah membangun kurang lebih 1.118 rumah sakit, dan 7.243 puskesmas serta 20.672 puskesmas pembantu. Selain itu pembelanjaan kesehatan juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Saat ini, Health expenditure Indonesia sekitar 2.5 % dari GDP (Gross Domestik Bruto), dimana sekitar 20 % -nya dibelanjakan untuk peralatan kesehatan.

Melihat kenyataan tersebut menunjukkan bahwa peluang pasar yang tersedia cukup besar bagi industri instrumen medik. Namun demikian, peluang yang besar ini belum bisa dimanfaatkan oleh industri instrumentasi medik nasional secara optimal karena belum sepenuhnya mampu memproduksi peralatan tersebut. Padahal dari kecenderungan pasar, impor peralatan medis terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Acara yang melibatkan berbagai stakeholder terkait baik ahli dari perguruan tinggi, lembaga litbang, Kementerian Ristek, Rumah Sakit maupun Kementerian Kesehatan tersebut bertujuan untuk menyusun peta jalan (roadmap) bagi pengembangan teknologi instrumentasi medik nasional.


Dalam sambutannya, Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika (PTFM), Rifatul Widjhati, yang mewakili Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi – BPPT menyampaikan tentang kegiatan atau kajian teknologi alat kesehatan di BPPT yang antara lain berupa pengembangan prototipe USG, EKG, dan alat pemonitor pasien.

“Perkembangan teknologi instrumentasi medik masa depan mengarah pada trend produk alat kesehatan yang lebih bersifat pocket size, portable, untuk kebutuhan preventif, serta tingkat konektivitas yang lebih mudah. Dengan demikian, produk juga harus smaller, ringan, mudah, aman, dan murah,” kata salah seorang narasumber dari ITB, Tati Latifah Rajab Mengko yang dalam paparannya membedah tentang aspek tren perkembangan teknologi instrumentasi medik.

Sementara itu, menurut Direktur Tesena Inovindo dan Ketua Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) yang menjelaskan tentang aspek pasar produk-produk instrumentasi medik, Titah Sihdjati Riadhie, pangsa pasar produk alat kesehatan dalam negeri masih terbatas yakni hanya sekitar 20 % dan masih didominasi produk impor.

Prioritas pemilihan produk alat kesehatan yang akan dikembangkan di dalam negeri harus memperhatikan faktor kemampuan bersaing, volume pasar, dan tingkat penerimaan pasar. Di antara peralatan medik yang perlu dikembangkan adalah: (i) Disposable Products (Catheter, Anti Bacteria Masks, PVC Tubes, Blood Lines for HD,dan Blood Bags) dan (ii) Electro Medical Equipment (Doppler, EKG, USG, Nebulizer, Oxygen Concentrator, dll). “Selain kebutuhan rumah sakit, masih banyak alat kesehatan yang dipakai oleh pasien di rumah tangga dan berpotensi diproduksi karena kebutuhannya cukup tinggi. Seperti misalnya wheel chair, patient aid/walker, sphygmomanometer, stethoscope, glucose meter, nebulizer, oxygenator, dan weighing scale. Selain itu, disampaikan bahwa belanja instrumentasi medik pemerintah TA 2010 kurang lebih sebesar Rp 20,4 trilyun. “Hanya saja, sayangnya meskipun sebagian alat itu telah diproduksi di dalam negeri, pemerintah masih mengimpor produk-produk tersebut,” katanya.

Berkaitan dengan aspek kebijakan pengembangan industri instruentasi medik, narasumber dari Kementerian Kesehatan, Supardjo, menekankan perlunya penyempurnaan fasilitas serta peningkatan peran dari seluruh stakeholders agar produk alat kesehatan dalam negeri dapat lebih ditingkatkan baik dari sisi kualitas maupun besaran volumenya.

Sebagai kesimpulan dari FGD ini adalah perlunya penyusunan roadmap teknologi instrumentasi medik nasional dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait disertai dengan perbaikan instrumen – instrumen infrastrukturnya termasuk regulasi produk-produk instrumentasi medik di Indonesia. (twd/humas)


Source : bppt.go.id

0 komentar :

Artikel Rekomendasi

Bagaimana untuk Mengelola "How To Manage" Series untuk Teknologi Kesehatan

WHO Teknologi kesehatan dan manajemen teknologi kesehatan telah menjadi isu kebijakan yang semakin terlihat. Sementara kebutuh...

Popular Post

Recomended

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner