Home » » Kajian pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan alat kesehatan di rumah sakit dan puskesmas.

Kajian pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan alat kesehatan di rumah sakit dan puskesmas.


Tri Juni Angkasawati, Andryansyah Arifin, Wahyu Dwi Astuti, Turniani Laksmiarti, Bambang Wasito.

Pendahuluan:

Kurang efisiennya penggunaan dan pemeliharaan sarana dan peralatan kesehatan juga diakibatkan karena kurang dilakukannya perencanaan pengadaan peralatan dan pemeliharaanya. Di beberapa negara kurang dari separoh peralatan yang ada tidak digunakan secara rutin. Karena lemahnya pengoperasian dan kurangnya kemampuan pemeliharaan serta tidak tersedianya biaya pemeliharaan (yang seharusnya di sediakan sekurangnya 1 % dari nilai investasi peralatan tersebut), optimalnya biaya pemeliharaan adalah 7 - 8 % dari biaya peralatan. Kurang baiknya pemeliharaan peralatan medik sering kali berakibat pada pendeknya masa pakai peralatan tersebut, dan berdampak pada meningkatnya tambahan biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan mencapai 20%-40%. Berkurangnya inventaris peralatan yang dapat digunakan meningkatkan biaya pelayanan hingga 60%-80%. Disamping itu tidak tepatnya pemilihan peralatan medik mengakibatkan meningkatnya secara bermakna biaya kesehatan yang harus ditanggung pasien

Dalam Kepmenkes No. 004 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan disebutkan salah satu tujuan strategis adalah upaya penataan manajemen kesehatan di era desentralisasi. Salah satu langkah kunci dalam tujuan tersebut adalah mengembangkan sub sistem pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana dan alat kesehatan. Dan dalam langkah kunci 28 Kepmenkes tersebut di atas dinyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan dapat tercapai bila tersedia biaya operasional dan pemeliharaan sarana dan alat kesehatan yang memadai dan untuk itu haruslah disusun petunjuk teknis dan standart operational procedure (SOP) tentang pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana rumah sakit dan alat kesehatan. (Depkes RI, 2003)

Peningkatan efisiensi dan efektifitas tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adanya suatu guideline atau Standart Operational Procedure (SOP) dalam pemeliharan dan pemanfaatan sarana kesehatan dan alat kesehatan, kalibrasi dan pemeliharaan rutin, pelatihan tehnisi dan operator alat, sosialisasi SOP pada seluruh unit pemakai sarana dan alat kesehatan di rumah sakit yang bersangkutan serta tersedianya suku cadang. Perencanaan pengadaan sarana dan alat kesehatan yang matang sesuai kebutuhan baik dari sisi provider maupun konsumen akan meningkatkan pemanfaatan secara optimal.

Untuk itu dalam rangka mendukung pelaksanaan Kepmenkes 004 tahun 2003, perlu dilakukan suatu kajian tentang pemeliharan dan pemanfaatan sarana dan alat kesehatan.

Tujuan khusus:

Mengkaji pemanfaatan dan pemeliharaan alat kesehatan dan sarana penunjangnya di Rumah Sakit dan Puskesmas

Tujuan Khusus:

  1. Mengidentifikasi perencanaan dan pelaksanaan peraturan/perundangan tentang pemanfaatan dan pemeliharaan alat kesehatan dan sarana penunjangnya di rumah sakit dan puskesmas.
  2. Mengidentifikasi kebutuhan optimal dan pemeliharaan alat kesehatan dan sarana penunjangnya di Rumah Sakit dan Puskesmas.
  3. Mengkaji manajemen pemanfaatan dan pemeliharaan alat kesehatan dan sarana penunjangnya di Rumah Sakit dan Puskesmas.
  4. Mengkaji penerapan SOP pemanfaatan dan pemeliharaan alat kesehatan dan sarana penunjangnya di Rumah Sakit dan Puskesmas.
  5. Mengetahui pengetahuan SDM tentang pemanfaatan dan pemeliharaan alat kesehatan dan sarana penunjangnya di Rumah Sakit dan Puskesmas

Hasil penelitian:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan peraturan/perundangan tentang pemanfaatan dan pemeliharaan alat kesehatan dan sarana penunjangnya di rumah sakit 60,4% mengacu pada kebijakan yang berlaku, baik kebijakan dari pusat maupun kebijakan intern rumah sakit yang bersangkutan tentang prosedur perencanaan dan pengadaaan alat kesehatan dan sarana penunjangnya.

Hasil Kajian terhadap proses perencanaan pengadaan peralatan dirumah sakit berdasarkan analisa kebutuhan secara klinis dengan studi kelayakan dan sesuai dengan kebijakan, namun tidak sesuai dengan spesifikasi alat yang dibutuhkan.

Perhitungan tarif seringkali berdasar tarif kompetitor sehingga komponen biaya pemeliharaan tidak diperhitungkan, sehingga penggunaaan alat tidak efisien. Data menunjukkan terjadinya peningkatan pemanfaatan alat kesehatan setiap tahun, namun hal ini tidak bisa diasumsikan bahwa pemakaiannya sudah sesuai dengan indikasi penggunaannya. Tidak adanya data yang rinci terhadap setiap penggunaan atau tindakan dari peralatan tersebut sehingga dari 10 besar penyakit yang ada di RS tidak dapat menggambarkan pemanfaatan alat kesehatan.

Data biaya-biaya pemeliharaan yang tidak terkoordinir pada satu pintu pengelolaannya menyebabkan data tidak bisa dikumpulkan untuk menghitung efisiensi dan mengidentifikasi kebutuhan optimal pemanfaatan alat dan pemeliharaannya.

SOP pemanfaatan dilakukan dengan benar dan sesuai prosedur tetapi SOP pemeliharaan kurang sesuai dengan prosedur.

Pengetahuan petugas operator alat tentang pemeliharaan dan pemanfaatan alat kesehatan dan sarana penunjangnya masih kurang.

Saran

  1. Perlu pengembangan model sistem pencatatan dan pelaporan penggunaan alat kesehatan dan sarana penunjangnya agar terkordinasi dengan baik, sehingga dapat menunjukkan informasi pemakaian alat kesehatan dan sarana penunjangnya sesuai indikasi pemakaiannya.
  2. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai efisiensi dan efektifitas alat kesehatan untuk menjamin ketersediaan alat kesehatan dengan harga yang terjangkau serta mencegah penyalahgunaan dan kesalahan penggunaan alat.
  3. Perlu perencanaan biaya pemeliharaan dan perbaikan serta kalibrasi alat kesehatan dan sarana penunjangnya dan perlu adanya pemisahan antara inventarisasi data peralatan medik dan non medik
  4. Dalam perencanaan pengadaan dan pembiayaan alkes perlu melibatkan seluruh komponen di rumah sakit, baik klinisi, manager maupun unit - unit penunjang (tehnisi). Sehingga ada sifat "science of belonging" antara klinisi, operator & teknisi
  5. Perlu adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap alat kesehatan dan sarana penunjangnya baik SOP tentang pemeliharaan maupun pemanfaatannya atau operasionalnya.
  6. Perlu ada komitmen antara pemberi bantuan dan pengguna peralatan ( spesifikasi alat dan pendidikan petugas operator ).
  7. Promosi / informasi pada pihak lain dalam pemanfaatan & kemampuan alat kesehatan dan sarana penunjangnya yang tersedia.
Sumber: p3skk.litbang

0 komentar :

Artikel Rekomendasi

Bagaimana untuk Mengelola "How To Manage" Series untuk Teknologi Kesehatan

WHO Teknologi kesehatan dan manajemen teknologi kesehatan telah menjadi isu kebijakan yang semakin terlihat. Sementara kebutuh...

Popular Post

Recomended

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner