Home » , » Terapi Oksigen Hiperbarik: Solusi Baru Hidup Sehat

Terapi Oksigen Hiperbarik: Solusi Baru Hidup Sehat




Oksigen adalah suatu gas yang merupakan unsur vital dalam proses metabolisme seluruh sel tubuh. Adanya kekurangan oksigen, dapat menyebabkan kematian jaringan dan mengancam kehidupan seseorang. Tetapi tidak banyak orang yang tahu, selain dalam proses pernafasan dan metabolisme, oksigen juga memiliki peran dalam pembentukan kolagen dan perbaikan jaringan sehingga pemberian oksigen yang tepat dapat membantu dalam proses penyembuhan luka maupun dalam proses anti penuaan.

Terapi oksigen hiperbarik (HBOT = Hyperbaric Oxygen Therapy) merupakan suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% oksigen kepada pasien dalam suatu hyperbaric chamber/ ruangan hiperbarik yaitu suatu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir normal (1 atm atau 760 mmHg). Dalam kondisi normal, oksigen dibawa oleh sel darah merah ke seluruh tubuh. Tekanan udara yang tinggi, akan menyebabkan jumlah oksigen yang dibawa oleh sel darah merah meningkat hingga 400%.

HBOT sebenarnya bukanlah merupakan hal baru. Metode ini sudah ditemukan oleh Behnke sejak tahun 1930 untuk mengatasi penyakit dekompresi (DeCompresion syndrome), yaitu suatu penyakit yang dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah tanah akibat penurunan tekanan saat naik ke permukaan secara mendadak. Di Indonesia, pemanfaatan HBOT pertama kali dilakukan oleh Lakesia pada tahun 1960 yang bekerja sama dengan RSAL dr.Ramelan, Surabaya.

Dua efek penting yang mendasari pemanfaatan HBOT adalah:

1. Efek mekanik yang disebabkan oleh peningkatan tekanan lingkungan sehingga menurunkan volume gelembung gas atau udara seperti pada terapi penderita dekompresiakibat kecelakaan kerja penyelaman;
2. Efek peningkatan tekanan parsial oksigen dalam darah dan jaringan akan memberikan efek terapeutik seperti bakteriostatik pada infeksi kuman anaerob, detoksifikasi pada keracunan karbon monoksida, reoksigenasi pada kasus iskemia akut, crush injury, compartment syndrome, maupun kasus iskemia kronis, luka yang tidak sembuh, nekrosis radiasi, skin graft preparation, dan luka bakar. Bahkan saat ini pemanfaatan HBOT semakin meluas, dan telah digunakan sebagai terapi kebugaran tubuh serta kecantikan.

Proses HBOT tergolong sederhana. Diawali dengan konsultasi oleh dokter dan pemeriksaan fisik untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi absolut seperti pneumotoraks, maupun kontraindikasi relatif seperti asma, klaustrofobia (takut ruangan sempit), penyakit paru obstruktif kronik, disfungsi tuba eustachius, demam tinggi, kehamilan, dan infeksi saluran napas atas.

Setelah dipastikan pasien tidak memiliki kontraindikasi HBOT, pasien akan dibawa masuk dalam suatu ruangan hiperbarik. Ada 2 jenis ruangan yaitu ruangan multipel yang dapat digunakan bersamaan dengan pasien lainnya, dan ruangan single yang hanya dapat digunakan oleh 1 pasien saja. Tidak perlu penggunaan masker maupun sarung tangan dalam ruangan, kecuali pada kasus keracunan karbonmonoksida. Di dalam ruangan pasien dapat melakukan aktivitas seperti membaca dan mendengarkan musik. Dosis dan lamanya HBOT disesuaikan dengan kondisi jaringan dan indikasi dilakukannya HBOT. Sebagai contoh, HBOT untuk perawatan luka dilakukan sebanyak 10 sesi perawatan, setiap sesi memakan waktu 90 hingga 120 menit.

Prosedur pemberian HBOT yang dilakukan pada tekanan 2 – 3 ATA (Atmosphere Absolute) dengan pemberian O2 intermitten akan mencegah keracunan O2 dan memberikan efek samping seminimal mungkin. Efek samping yang ditimbulkan biasanya berupa mual, kedutan pada otot wajah dan perifer, maupun kejang.

Saat ini di Singapura, HBOT merupakan terapi yang sangat populer dalam penyembuhan luka, karena bersifat noninvasif dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien hanya minim. Ini menjadi sangat sesuai bagi siapa saja, tua maupun muda.

Di Indonesia telah tersedia pula fasilitas HBOT, diantaranya adalah di RS PT Arun Aceh, RSAL dr. Midyatos Tanjung Pinang, RSAL dr.Mintohardjo Jakarta , RS.Omni Jakarta, RS Pertamina Cilacap, RSAL Halong Ambarawa, RSP Balikpapan, RSU Makasar, RSU Manado, Lakesia TNI AL Surabaya, RSU Sanglah Denpasar, RSAL Halong Ambon, dan RS Petromer Sorong. 

0 komentar :

Artikel Rekomendasi

Bagaimana untuk Mengelola "How To Manage" Series untuk Teknologi Kesehatan

WHO Teknologi kesehatan dan manajemen teknologi kesehatan telah menjadi isu kebijakan yang semakin terlihat. Sementara kebutuh...

Popular Post

Recomended

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner