Home » , , , » Peranti Langka, Cukup Berbahan Alat Bekas Anastesi. Penemuan Alat Pengukur Pemberian Oksigen di RS Sanglah

Peranti Langka, Cukup Berbahan Alat Bekas Anastesi. Penemuan Alat Pengukur Pemberian Oksigen di RS Sanglah









I WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

Dunia kedokteran semakin berkembang. Berbagai penemuan peranti baru kini bermunculan. Salah satunya adalah alat pengukur pemberian oksigen karya Cecep yang dibuat dengan bahan sederhana ini.
Pria kelahiran Sumedang, Jawa Barat, 48, tahun silam ini tampak semringah saat mempersentasikan alat temuannya yang dia beri nama Trupers.
Tahu, apa maksudnya Trupers? Ternyata ini singkatan instrumen pengukur serba guna rakitan sendiri) kepada Jawa Pos Radar Bali Selasa kemarin (25/10). 

Di ruangan humas RS Sanglah, di sebelah barat dari pintu masuk, Cecep panggilan akrabnya mulai bercerita tentang temuannya yang baru saja mendapatkan penghargaan sebagai pemenang terbaik. Ini untuk kategori clinical service improvement project, Persi Awards – Hima 2016, di Jakarta.
Karya ini disebutnya “Rancang Bangun Kalibrator Flowmeter Oksigen dengan Menggunakan Mesin Anastesi Bekas Pakai”. 

Dalam penghargaan itu, ada 172 judul dari 65 rumah sakit dari seluruh Indonesia. “Dalam kategori yang kami ikuti ini, ada 54 judul. Finalisnya 5 judul. Dan, saya kebetulan jadi pemenangnya,” ujarnya, dengan senyum merekah. 

Cecep yang merupakan Koordinator Peralatan Medis IPS MNP (Instalasi Pemeliharaan Sarana Medis dan Non Medis Perbengkelan) di RS Sanglah,
ini menceritakan bahwa alat yang dibuatnya merupakan  flowmeter oksigen yang digunakan oleh para dokter. 

Alat ini untuk mengukur jumlah oksigen yang diberikan kepada pasien dalam melakukan penanganan (kalibrasi).
Sebelumnya, RS Sanglah tidak memiliki alat tersebut. Kebetulan di RS Sanglah memiliki mesin anastesi (alat untuk membius pasien saat operasi) dari tahun 1980-an. 

Alat yang sudah berumur dan fungsinya sudah terbatas ini kemudian disulap menjadi alat kalibrasi tersebut. “Itulah ide dasarnya. Dari alat anastesi yang bekas pakai, kemudian juga banyak ada kilometer yang rusak, kita belum punya kalibrasi dan yang dipasaran alat kalibratornya belum sesuai dengan yang kami inginkan,” ujar pria yang besar di Jakarta ini. 

Tujuannya apa? “Sama seperti ketika dokter memberikan dosis obat. Kan tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang. Nanti pasiennya bahaya. Oksigen juga begitu. Jadi kalau pasiennya butuh lima liter, kalau ternyata perlu lima liter, keluarnya tiga liter kan bahaya bagi pasien,” jawabnya. 

Jadi gunanya, lanjut pria tamatan Akademi Teknik Elektro Medic angkatan 87 ini untuk memastikan output dari flowmeter oksigen tersebut benar. Peralatan ini dibutuhkan agar pasien lebih aman dan selamat saat membutuhkan hirupan oksigen. Cecep mengklaim, peranti yang dia ciptakan tersebut belum ada di daerah lain. 

Malah termasuk di dunia. “Jadi, idenya tersebut muncul pada tahun 2012. Saya mencari yang alat yang membuat pasien dan dokter yakin dengan dosis yang diberikan,” ujarnya.
Alat –alat yang dibuat dengan menggunakan anastesi bekas dan kemudian merakitnya kembali sesuai fungsinya. “Jadi, mesin anastesi yang tidak dipakai tersebut dimodifikasi dan dibuatkan inovasi. Kemudian output-output-nya tersebut dari berbagai alat-alat lainnya seperti alat yang digunakan dalam operasi yang sudah dibuang tetapi masih bagus,” ujarnya. 

Terkait soal biaya, Cecep yang melanjutkan kuliah di Universitas Udayana dengan mengambil jurusan Elektro tahun 2006 ini menegaskan tidak mengeluarkan dana sepeser pun. Ini karena menggunakan alat-alat bekas yang masih bisa digunakan. Nah, pengerjaan alat tersebut dilakukan dari tahun 2012 hingga 2015 dan akhirnya alat tersebut jadi diberi nama Trupers. 

“Kemudian hari akan kami kembangkan. Selain untuk flowmeter ini nanti akan digunakan output untuk mengukur tensi dan lainnya,” terangnya. Alat yang diciptakannya tersebut masih satu buah saja, namun hingga saat ini masih belum dipatenkan. Cecep berharap alat ini dapat segera dipatenkan.
“Alat ini sudah difungsikan pada tahun 2016 awal. Sekarang karena teman-teman disini sudah tahu, sudah banyak yang menggunakan. Per hari rata-rata 15 kali lebih digunakan,” ungkapnya.
Sedangkan untuk kesulitannya ke depan, diungkapkan oleh Cecep terkait persoalan suku cadang yang digunakan sebagai alat pembuatnya. “Selain itu ada beberapa komponen khusus yang sulit kami dapatkan dan hanya ada di toko tertentu,” ujarnya. 

Usai berbincang-bincang mengenai alat tersebut, Cecep kemudian mengajak koran ini melihat alat temuan pengukur ketepatan dalam pemberian oksigen tersebut di ruangnya.
Ini berada tak jauh dari tempat kami berbincang-bincang. Sampai di ruangan, Cecep memperlihatkan perantinya yang berbentuk kotak dengan isi beberapa alat seperti flowmeter, tabung gas oksigen dan lainnya. Menariknya, semua bisa digunakan tanpa menggunakan listrik. (*/pit)


Pemenang terbaik tingkat Nasional untuk kategori 'Clinical Service Improvement Project'  PERSI AWARD 2016 (JCC-HOSPEX 2016). Judul: "Rancang Bangun Kalibrator Flowmeter Oksigen Dengan Menggunakan Mesin Anastesi Bekas Pakai"

Congratulations, Pak Cecep. Bravo !!!

0 komentar :

Artikel Rekomendasi

Bagaimana untuk Mengelola "How To Manage" Series untuk Teknologi Kesehatan

WHO Teknologi kesehatan dan manajemen teknologi kesehatan telah menjadi isu kebijakan yang semakin terlihat. Sementara kebutuh...

Popular Post

Recomended

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner