Ilustrasi (Foto: thinkstock)
Lidkoping, Swedia, Seorang pria Swedia harus meregang
nyawa di meja operasi setelah dokter anestesi dan perawat
meninggalkannya untuk istirahat makan siang saat prosedur masih
berlangsung.
Nahas benar nasib pria 72 tahun asal Swedia ini.
Pria yang tidak sebutkan namanya tersebut berniat melakukan operasi
untuk mengangkat tumor dari tubuhnya di sebuah rumah sakit di Lidkoping,
Swedia.
Ia mendapatkan anestesi (pembiusan) pada pukul 10.45 pagi waktu setempat. Namun, menurut media The Local, seperti dilansir Foxnews,
Senin (17/9/2012), dokter kepala anestesi kemudian meninggalkan ruang
operasi untuk istirahat makan siang, yang juga diikuti oleh kepala
perawat anestesi 15 menit kemudian.
Selama dokter dan perawat
keluar makan, tidak ada pergantian dokter lain. Perawat anestesi lain
sudah dipanggil, namun ia tidak familiar dengan peralatan respirator
(alat bantu napas) yang menempel di tubuh pria tersebut.
Tak lama
kemudian, pria itu mengalami perdarahan, sementara tekanan darahnya
mulai drop. Perawat pengganti yang sudah putus asa mencoba mencari
dokter anestesi pada pukul 1 siang, ketika kondisi pasien sudah kritis.
Dokter
dan perawat akhirnya kembali dari makan siang dan menemukan bahwa
respirator pasien telah mati, sehingga merampas asupan oksigennya selama
8 menit.
Mereka mencoba melakukan resusitasi tetapi akhirnya
usaha tersebut gagal. Karena kekurangan oksigen, pria tersebut mengalami
kerusakan otak parah dan meninggal dunia.
Kasus yang terjadi
pada Januari 2011 lalu baru-baru ini dilaporkan ke Sweden’s National
Board of Health and Welfare oleh putrinya. Dewan mengeluarkan 'kritik
tajam' dari kebijakan rumah sakit tersebut.
"Perencaan
operasional yang mengizinkan dokter dan perawat yang bertanggungjawab
untuk istirahat makan siang di waktu yang sama tanpa ada dokter lain
yang mengambil alih tanggung jawab pada pasien, bisa menyebabkan risiko
yang tidak bisa diterima," tulis Sweden’s National Board of Health and
Welfare dalam temuannya.
Dewan juga menemukan kesalahan dengan
fakta bahwa dokter yang bertanggungjawab tidak bisa dihubungi melalui
telepon, serta dengan keputusan menyerahkan tanggung jawab untuk pasien
berisiko tinggi pada perawat tunggal yang tidak memiliki pengetahuan
yang cukup terhadao peralatan yang digunakan selama operasi. (mer/ir)
Sumber : Merry Wahyuningsih - detikHealth
0 komentar :
Post a Comment